Minggu, 23 Desember 2012

PELATIH SEBAGAI PEMBINA MENTAL ATLET



PELATIH SEBAGAI PEMBINA MENTAL ATLET
Dalam pelatihan Olahraga bagi atlet usia dini, cara pelatih merancang situasi latihan, cara pelatih menetapkan sasaran, serta sikap dan perilaku pelatih dalam kepelatihannya dapat mempengaruhi partisipasi anak kedalam olahraga, Pelati tidak hanya berperan dalam situasi olahraga, namun seringkali juga pelatih memiliki pengaruh terhadap aspek lain dalam kehidupan si anak. Demikian pentingnya peran pelatih sangat berperan sebagai pembina mental atlet usia dini.
Beberapa tips bagi pelatih dalam menangani atlet usia dini;
·         Perlakukan setiap anak sama dengan anak lainnya. Berikan kesempatan yang sama kepada setiap anak dalam melakukan setiap sesi latihan (Aktivitas)
·         Ciptakan suasana yang menggembirakan dalam berlatih maupun bertanding, sehingga minat dan motivasinya terhadap olahraga taekwondo semakin meningkat.
·         Bersabarlah;
o   Pada mulanyaanak mungkin takut atau koordinasi motoriknya kurang, namun dengan pengarahan yang benar dan latihan yang berulang maka anak akan belajar.
·         Usahakan setiap anak dapat melakukan geakan olahraga dengan benar, karena hal ini penting bagi perkembangan ketrmpiloan dan rasa kebanggaannya.
·         Gunakan bahasa sederhana, jelas, tidak kasar dan dapat dimengerti oleh anak.
·         Kurangi rasa takut yang mungkin dimiliki anak dengan cara mengantisipasi dan mengurangi kecemasannya, dengan Humor biasanya efektif.
·         Jelaskan dan tunjukkan gerakan ketrampilan taekwondo dengan benar secara cermat, sehingga anak mengerti apa yang harus mereka lakukan.
·         Jelaskan keterampilan baru sedikit demi sedikit, sehingga anak dapat melihat urutan gerak yang benar. Melakukan kesalahan, itu adlah hal yang wajar; dan itu berarti mereka sedang mencoba.
·         Biarkan anak mengajukan pertanyaan; hal ini menunjukkan bahwa anak itu berfikir.
·         Tunjukkan penghargaan terhadap anak didik; perlakukan mereka sedemikian rupa sehingga terkesan bahwa pelatih maupun yang dilatih itu sama sama belajar.
·         Bersikaplah positif dan yakinkan setiap pemain/atlet memiliki peran dalam tim, sehingga atlet merasa penting dan spesial dalam tim.



PELATIH SEBAGAI PEMBINA MENTAL ATLET

Beberapa hal yang harus di hindari dalam menangani atlet usia dini;
·         Hindari berteriak keras, berkata kasar atau membentak anak yang dilatih.
·         Janganlah menonjolkan hal buruk seorang atlet atau mengungkit-ungkit kesalahan yang pernah dibuatnya; apalagi di ucapkan didepan atlet lain.
·         Hindari mengkum atlet atas kesalahan gerak yang dibuatnya. Hukuman dalam hal ini akan membuat atlet menarik diri atau menyerah. Jika anak membuat kesalahan gerakan, koreksi kesalahan tersebut dan mendemonstrasikan gerakan yang benar.
·         Tidak perlu mengharapkan anak belajar dengan cepat. Kemampuan anak akan meningkat melalui latihan yang teratur.
·         Jangan mengharapkan atlet bermain atau melakuan gerakan seperti seorang profesional. Biarkan mereka menikmati dunia anak-anaknya sebagai bocah; mereka akan mahir secara bertahap;
·         Hindari memperolok atau mempermainkan atlet. Hal ini pada atlet akan berdampak terhadap penghukuman diri sendiri.
·         Tidak perlu membandingkan atlet dengan atlet lainnya, apalagi dengan “jagoan” didalam tim.
·         Janganlah mengabaikan atlet yang belum berprestasi, ingatlah setiap atlet dalam tim selalu menginginkan perhatian khusus dari pelatihnya.
·         Janganlah mengkritik atau mencaci pelatih lain atau wasit dihadapan anak didik, hal ini akan membingungkan atlet dan menghambat sportivitasnya.
·         Hindari membuat latihan taekwondo semata-mata kerja keras tanpa kegembiraan. Jika anak gembira dalam latihan, maka kemungkinannya ia akan bertahan dalam tim atau dojang dan dalam taekwondo ia akan lebih berkembang.
Semoga tips-tips ini dapat membantu para pelatih dalam mengembangkan Ta Kwon Do di Kota Bitung’
Tulisan ini dikutip dari majalah Taekwonmags edisi perdana 2009
Oleh; Dra. Yuanita Nasution, M. App. Sc., Psi.
Penulis adalah psikolog olahraga; juga staf peneliti bidang Psikologi Olahraga dan Kesehatan di Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani DEPDIKNAS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar